Siapa Suruh Jadi Guru

Gambar Produk 1
Best Seller
Rp 65.000 Rp 50.000
Penulis : Akhmad Gunawan Wibisono
Layout : Tim Pustaka Baitul Kilmah
Desain cover : Tim Pustaka Baitul Kilmah
Cetakan pertama, Agustus 2024
Cetakan kedua, November 2024

ix + 146 hlm; 20.5 cm x 13.5
Penerbit: Pustaka Baitul Kilmah
Telp: 085883509927
Email: pustakabaitulkilmah@gmail.com
Awal kali saya menerima naskah yang dikirimkan oleh penulis. Saya cukup tercengang sebab judul, “Siapa Suruh Jadi Guru?” teramat provokatif. Jujur saja, di tengah carut marutnya pendidikan di Indonesia. Justru Akhmad Gunawan Wibisono menumpahkan ide-ide liarnya dalam sebentuk buku. Entah di mana saya hendak menilai. Apakah dari sudut pandang yang kurang ajar? Ataukah dari sudut pandang, “oh, apa saya yang kurang belajar?”

Sebab sejauh saya menjadi praktisi pendidikan baik itu kala menjadi guru, tutor,maupun dosen di sebuah universitas. Paling jauh saya hanya hanya ngedumel ihwal pendidikan yang amburadul. Lain halnya dengan Gunawan. Dengan sekumpulan naskah yang ia kumpulkan ini, ia berhasil memotret pendidikan dari sudut pandang yang paling menjengkelkan dan menggemaskan.

Saya menilai menjengkelkan sebab naskah di buku ini saya katakan nggak ilmiah sama sekali. Ya, gak ilmiah beneran. Lah wong isinya cuma curhatan tentang dirinya ketika menjadi guru sekolah. Jengkel sebab saya inginnya Gunawan berhasil menyuguhkan nalar yang ilmiah sebagai landasan berpikir menulis buku. Itu kejengkelan saya yang pertama. Kejengkelan kedua lebih saya dasarkan pada gaya bahasa Gunawan yang cukup membuat pembaca bersungut-sungut. Bahasa yang ia bawakan ala-ala orang warungan; asal njeplak. Untuk dapat disebut akademik pun buku ini gak cocok di sana. Namun justru inilah yang unik dari Gunawan. Ia menerobos sekat-sekat ilmiah agar tulisannya bisa dinikmati tak hanya kalangan akademik, namun juga semua kalangan yang butuh
atas nama pendidikan.

Lalu, saya menilai buku ini menggemaskan. Sebab apa yang disuguhkan oleh Gunawan benar-benar mind blowing. Selama ini kita hanya pasrah dan berpangku tangan bila melihat isuisu pendidikan—misalnya—gaji guru yang agak “nganu”. Namun, justru Gunawan menggali substansi yang lebih mendalam perihal itu. Meski dikemas secara grambyangan. Apa yang ditulis
Gunawan cukup menarik sebab bisa membuat otak sedikit tercerahkan bahwa inilah realita pelik yang sedang kita hadapi.

Terakhir, objek yang dipakai Gunawan adalah dari sudut keguruan. Ya, guru adalah salah satu instrumen penting terhadap jalannya pendidikan. Maka, jika sebuah bangsa ingin sejahtera pendidikannya, sejahterahkan dulu gurunya. Bukan hanya di aspek materil, namun juga aspek kompetensi sang guru tersebut. Kira-kira itu yang hendak disampaikan oleh Gunawan.

Guru yang lumrahnya harus di-gugu dan ditiru. Namun pada gilirannya, marwah guru di negara kita tak hanya berhasil di-gugu dan ditiru. Namun juga “di-guyu” (diketawain). Jadi, apa masih ada yang mau menjadi guru kalau begitu keadaannya?

Selamat membaca sekumpulan tragedi
pendidikan kita.

Lamongan, Agustus, 2024

I’anatul Avifah, S. Pd., M.A.
(Dosen, Alumnus The University of Manchester)

ORDER VIA CHAT

Product : Siapa Suruh Jadi Guru

Price :

https://www.baitulkilmah.com/2024/11/siapa-suruh-jadi-guru.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Discussion