Lima Pelajaran Penting Buku The Old Man And The Sea

Lima Pelajaran Penting Buku The Old Man And The Sea


Oleh: Akhmad Gunawan Wibisono

Dunia mengenal kebesaran nama sastrawan Amerika Serikat yaitu Ernest Hemingway (1899-1961). Ia terkenal lantaran maha karya yang ia tulis dengan judul The Old Man and The Sea, mendapatkan penghargaan bergengsi Pulitzer Prize tahun 1952. Buku tersebut menjadi salah satu karya sastra klasik fenomenal. Narasi cerita dan gaya bahasa kontemporer yang diusung oleh Ernest Hemingway menyita perhatian jagat sastra. Banyak orang mengakui bahwa karya tersebut menjadi rujukan para sastrawan di abad-21.

Buku The Old Man and The Sea berkisah tentang petualangan seorang pelaut tua bernama Santiago. Ia merupakan nelayan tua yang tak mendapatkan ikan selama delapan puluh empat hari. Masyarakat sekitar menjuluki nelayan demikian dengan sebutan salao. Itu adalah label yang disematkan kepada para nelayan yang memiliki nasib paling buruk: tak pernah dapat ikan.

Buku The Old Man and The Sea menyajikan kisah heroik pelaut tua di tengah samudera Atlantik, tepatnya di Gulf Stream. Meski masyarakat menganggap dirinya sebagai orang paling tidak beruntung. Namun ia tak lantas mempercayainya, sehingga dirinya harus kembali berlayar di laut untuk mencari ikan lagi. Di hari ke delapan puluh lima, umpan yang dipasang Kakek Santiago disambar ikan marlin raksasa. Senang karena umpannya dimakan ikan besar, ia berjuang untuk menaklukan ikan tersebut. Sayangnya, ia harus diseret ikan tersebut selama dua hari lamanya.

Dalam keadaan itu, Kakek Santiago tak menyerah. Terombang-ambing dua hari di tengah lautan tak menyurutkan tekadnya untuk melepas ikan tersebut. Pada hari ke delapan puluh tujuh, ikan besar berhasil ditaklukan. Ia pun membawanya pulang ke daratan. Karena sampan tak sanggup menampungnya, ia mengikat ikan marlin besar itu di belakang sampan dan menariknya.  Sayangnya, di tengah perjalanan pulang ia harus berhadapan dengan hiu-hiu yang memangsa ikan marlin tangkapan sang kakek. Kedatangan para hiu disebabkan kucuran darah dari tubuh ikan yang dihujam tombak. 

Kakek Santiago berusaha menghadang hiu agar tak memangsanya. Namun, para hiu tetap kalap hingga berhasil menyobek-nyobek kulit ikan tangkapan sang kakek. Sesampainya di daratan. Ia mendapati ikan marlin besar itu tinggal tulang belulang.

Baca Juga: Apakah Jadi Mahasiswa Perlu Baca Buku dan Bisa Nulis?

Dalam buku The Old Man and The Sea. Terdapat pelajaran hidup berharga, lima di antaranya sebagai berikut:

1. Bodoamat Kepada Ucapan Orang Sekitar.

Meski Kakek Santiago dicap sebagai nelayan dengan nasib paling buruk. Ia tak mendengarkan ucapan tersebut. Malahan sang kakek kembali berlayar sendirian. Renta usia dan tubuhnya tak menjadikan ia menyerah. Ia ingin membuktikan bahwa apa yang diucapkan orang-orang kepada dirinya tidaklah benar. Ia berhasil membuktikan kala dirinya mendapatkan ikan marlin raksasa, meski hanya berakhir tulang belulang. Dari Kakek Santoago kita belajar bahwa tak perlu mengambil pusing apa kata orang lain. Sebab fokus dengan diri sendiri jauh lebih penting ketimbang mendengarkan asumsi tak berdasar.

2. Mental Gigih untuk Mandiri

Meski sudah tua, Kakek Santiago berani berlayar sendirian. Ia kembali menantang deburan ombak ganas, kembali mengayun sampan kecil sendirian, kembali berjuang di tengah lautan luas. Dalam kesendirian, Kakek Santiago mampu menghadapi rintangan yang menghalangi dirinya. Sampai-sampai tangan kirinya terluka, perutnya dicekam lapar dan harus memakan ikan mentah, tubuhnya dua hari terbakar terik siang, dan digigit oleh dinginnya malam. Semua penderitaan itu tak berarti bagi Kakek Santiago. Ia tak butuh bantuan siapapun sebab segala permasalahannya ia hadapi sendirian.

3. Penuh Harap antara Usaha dan Doa

Di tengah lautan yang ganas, Kakek Santiago berusaha dengan gigih untuk mempertahankan kail yang menyangkut di mulut ikan besar. Di tengah kesulitannya itu Kakek Santiago berharap agar dirinya mendapat energi Tuhan untuk menguatkan diri. Ia berdoa kepada Yesus dan Bunda Maria: sesuai keyakinannya. Ini menunjukkan bahwa manusia juga perlu usaha maksimal lalu memasrahkan suatu hasil pada Tuhan. Sebuah usaha merupakan kewajiban, dan doa menjadi pendorong agar apa yang kita inginkan diwujudkan oleh Tuhan.

4. Keberhasilan adalah Awal Perjuangan Sesungguhnya

Kakek Santiago memang mendapatkan ikan. Ia mematahkan kutukan salao atas dirinya. Namun, setelah mendapatkan ikan dengan susah payah. Saat itulah perjuangan baru dimulai. Ia harus mempertahankan ikan marlin dari serangan hiu. Selama perjalanan berlayar kembali ke bibir pantai, Kakek Santiago melawan hiu-hiu dengan dayung dan tombak yang ada di sampan. Begitu juga perjuangan seseorang. Keberhasilan merupakan awal perjuangan untuk menuju ujian yang lebih sulit. Dan si situlah ketangguhan seseorang diuji.

5. Penerimaan atas Takdir

Setelah perjuangan yang luar biasa melelahkan di tengah laut. Kakek Santiago tetap pulang membawa tangan hampa. Derita yang ia alami selama di tengah lautan tetap saja tak mendapatkan hasil sebagaimana yang ia inginkan. Namun, Kakek Santiago tak marah. Ia tak mengutuk Tuhan atas takdir yang sedang menderanya. Usai sampai di pantai, ia lantas bergegas pulang ke gubuknya dan kembali tidur di atas pembaringan. Begitu juga kita, seseorang boleh berencana namun takdir Tuhan tetap berkuasa. Apa yang digariskan oleh takdir Tuhan harus kita terima dengan lapang dada, meski itu sudah kita perjuangkan susah payah. 


ORDER VIA CHAT

Product : Lima Pelajaran Penting Buku The Old Man And The Sea

Price :

https://www.baitulkilmah.com/2024/12/lima-pelajaran-penting-buku-old-man-and.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Discussion (1)