Menangkap Pesan Nasionalisme: Belajar dari Timnas ke Religiusitas Agama
(Catatan Perjalanan menuju Amman, Yordan ke Perbatasan Palestina)
Oleh: Aguk Irawan MN
Ketika semalam perjalanan dari Jakarta ke Dubai (transit), sekitar 8 jam, ada yang mengganjal di hati. Ya tentu saja dalam lawatan itu ada jadwal main Timnas dengan Bahrain, pukul 20.00. Saat jam itu, pesawat yang kami tumpangi sedang menuju Srilangka. Di dalam pesawat selain berdoa untuk keselamatan juga berdoa untuk Timnas. Begitu sampai Dubai, cepat-cepat cari sinyal wifi, dan alhamdulillah Timnas menang 1: 0.
Bagi orang awam seperti saya, menjadi penggemar Timnas bisa menjadi salah satu sarana menenamkan nasionalisme dan mencintai bangsa, yang diteladankan Nabi. Ingat ketika Nabi sudah menjadi kepala negara di Madinah dan hidup sejahtera bersama umatnya, Nabi tetap mengingat Makkah yang amat dicintai, sebagai tempat kelahiran dan tanah air beta. Sampai-sampai Nabi berdoa:
اللَّÙ‡ُÙ…َّ Øَبِّبْ Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ†َا الْÙ…َدِينَØ©َ، ÙƒَÙ…َا Øَبَّبْتَ Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ†َا Ù…َÙƒَّØ©َ Ø£َÙˆْ Ø£َØ´َدَّ
“Ya Allah, jadikanlah Madinah sebagai kota yang kami cintai sebagaimana cinta kami pada Makkah yang sudah Engkau berikan atau bahkan lebih dari itu….”
Selain Makkah, tentu Nabi juga mecintai Madinah dan Baitul Maqdis (Palestina) dengan warna-warni warga di dalamnya. Tiga tanah suci para Nabi. Untuk Baitul Maqdis (Aqhsa) ini kita tahu, amat populer dalam kisah Isra Miraj Nabi. Tempat yang disebut Allah sebagai tempat yang berkah sampai sekelilingnya (Ø¥ِÙ„َÙ‰ الْÙ…َسْجِدِ الْØ£َÙ‚ْصَÙ‰ الَّذِÙŠ بَارَÙƒْÙ†َا ØَÙˆْÙ„َÙ‡ُ)
Tempat yang sering dirindui Rasulullah Saw. dalam shalatnya, karena inilah kiblat pertama sebelum turunnya ayat pengubahan arah kiblat ke Ka’bah. Bahkan selama hidup Rasulullah Saw. periode waktu shalat menghadap kiblat ke Masjidil Aqsha lebih dari setahun, tepatnya 17 bulan 3 hari menurut banyak riwayat.
Discussion